Sri Mulyani: Defisit Neraca Perdagangan Masih Jadi PR

Ekobis
Badan Pusat Statistik (BPS) , Jakarta , Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian Indonesia kuartal II/2018 tumbuh sebesar 5,27{00f7526d3488a34cb5c1a8fa9b3f9e1326391823bebf127f9714ff3dfefc767d} (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ekonomi juga lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2018 yang hanya sebesar 5,06{00f7526d3488a34cb5c1a8fa9b3f9e1326391823bebf127f9714ff3dfefc767d}.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kendati ekonomi tumbuh, pemerintah masih memiliki banyak pekerjaan rumah (PR). Khususnya adalah neraca perdagangan yang masih defisit.

“Pertumbuhan 5,27{00f7526d3488a34cb5c1a8fa9b3f9e1326391823bebf127f9714ff3dfefc767d} itu disertai neraca perdagangan kita yang masih defisit. Kita tumbuh tapi impor lebih banyak,” ujar Menkeu di acara Gathering Eksportir Indonesia di Kantor Pusat Ditjen Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Karena itu, Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya memperbaiki neraca perdagangan dengan mengurangi impor dan memperbanyak ekspor.

“Ekspor kita enggak setinggi impornya, dan Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Itu yang perlu kita perbaiki,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juli kembali defisit.

Menurut Oke, kinerja perdagangan Indonesia saat ini memang kurang bergairah. Tercatat, neraca perdagangan nasional dari enam bulan pertama tahun ini, empat bulan di antaranya mengalami defisit.

Sementara, pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2018 tercatat ditopang oleh kenaikan harga komoditas baik migas dan nonmigas. Pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan dan pertanian juga turut mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. (SINDONEWS.COM/AM)