Weekend SMK Bina Cipta Melalui Pentas Seni

Opini, Pendidikan
Pentas seni , SMK Bina Cipta

Palembang, LamanQu.id – Kemarin aku pandai, jadi aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku seorang bijak, jadi kuputuskan untuk mengubah diriku sendiri. Maulana Jalaludin Rumi.

Begitulah kiranya kutipan dari Maulana Jalaludin Rumi yang merupakan seorang penyair dan tokoh Sufi terbesar dari Persia tersebut untuk mempertegas bahwa perubahan berangkat dari diri kita sendiri baik hasilnya nanti bersifat menguntungkan diri sendiri ataupun lebih besar lagi sampai bisa mengubah dunia. Sebelum melakukan perubahan untuk dunia ini, kita akan berangkat dari hal-hal kecil dulu guna perbaikan untuk diri sendiri, salah satunya mengeyam pendidikan di sekolah. Pendidikan memiliki fungsi yang nyata, seperti meningkatkan kualitas dan kesejahteraan seseorang. Dengan pendidikan seseorang dapat mengembangkan keterampilan, peluang kerja hingga peningkatan karir sehingga ini sangatlah dibutuhkan sebagai yang menjembatani. Seseorang dapat menciptakan pendidikan secara otodidak atau bisa melalui bimbingan orang lain.

Orang lain dalam hal ini tidak semerta-merta berwujud manusia saja. Tetapi seperangkat apapun yang bisa dijadikan bahan untuk membantu terciptanya pendidikan atau pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang secara turun temurun melalui pengajaran, pelatihan dan atau penelitian. Contoh seperti pembelajaran yang terjadi di sekolah. Menurut Abullah (2011), kata sekolah berasal dari bahasa latin, yaitu skhhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Sekolah menjadi wadah bersosialisasi, berkreasi, mengasah otak dan memperluas wawasan. Jika seseorang melakukannya dengan sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin sekolah akan dapat mengubah nasibmu, bukan hanya sekedar formalitas. Beruntunglah seseorang bisa mendapatkan kesempatan untuk bersekolah.

Memang kita sadari betul kesempatan ini belumlah paripurna. Masih banyak persoalan dalam ruang lingkup sekolah yang menunggu untuk dibereskan, termasuk yang paling besar pengaruhnya berasal dari peserta didik. Dilihat dari permukaan, tidak ada tantangan yang berarti melalui peserta didik. Apalagi jika mereka sudah ada pada tahapan sekolah menengah atas. Beberapa dari mereka sudah terbentuk dan mudah untuk diarahkan dalam pembelajaran. Fakta menyatakan walaupun mereka sudah berpotensi mengemukakan pendapat, berdiskusi, bertanya atau dengan kata lain lebih aktif. Justru hanya menerima saja, enggan untuk memberikan respon, dan terkesan sangat pasif dalam pembelajaran. Seharusnya peserta didik dalam tahap ini sudah dapat menampilkan dan menciptakan sesuatu.

Rasa takut, malas, dan kurang percaya diri digaung-gaungkan sebagai alasan utama permasalahan pasifnya peserta didik, didukung sempitnya ruang gerak mereka baik meliputi waktu dan tempat pelaksanaan penuangan berbagai pendapat maupun karya sedangkan diketahui waktu dan tempat sangat berguna, baik waktu yang disediakan tidak terburu-buru dan tempat yang digunakan memadai untuk dilakukan kegiatan tersebut. Permasalahan secara umum ini, juga terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Bina Cipta Palembang.

Salah satu sekolah swasta di Palembang dengan akreditasi A berbasis kurikulum merdeka belajar. Beberapa dari peserta didik mereka juga mengalami hal yang sama dalam pembelajaran, guru lebih dominan, minimnya peserta didik yang berkreasi. Belum lagi respon acuh terus diperlihatkan menanggapi pembelajaran yang disuguhkan. Jangankan untuk ditampilkan, merespon saja sekedar formalitas agar terlihat berpartisipasi dalam pembelajaran.

Hal ini tidak dapat dikatakan salah, karena memang pembelajaran di dalam kelas saja sangat membosankan dan tidak menarik sehingga peserta didik tidak antusias pada saat pembelajaran berlangsung. Ditambah sekolah yang tidak mau mendengarkan pendapat peserta didik jika mereka mengatakan pembelajaran berbasis menjelaskan teori saja sangat monoton dan tidak menarik untuk diikuti. Memang kita sadari dan rasakan, selama ini tidak adanya ruang peserta didik untuk berkreasi yang disediakan dengan sengaja oleh pihak sekolah guna menampung bakat dan karya dari peserta didik. Dimana harusnya sekolah mempunyai program khusus sebagai penampung berbagai kreativitas peserta didik. Jadi pembelajaran harus beriringan antara teori dengan praktik, Tidak hanya disuguhkan pembelajaran berbasis teori berkepanjangan. Dalam melakakukan hal ini, semua harus ikut andil, baik peserta didik, pendidik sebagai pengerak, dan sekolah sebagai lembaga yang menfasilitasi sehingga bersama-sama melakukan perubahan besar.

Melihat beberapa kenyataan di lingkungan sekolah yang memang buta dalam melihat pentingnya melakukan perubahan dalam menonjolkan kreativitas siswa lewat praktik. Imbasnya pendidik menjadi kehabisan akal dalam penerapan pembelajaran dan metode apa yang relevan dilakukan guna menarik peserta didik untuk antusias dalam mengikuti pembelajaran hingga sampai menciptakan sesuatu yang dapat dipergunakan untuk masa mendatang. Berbagai cara telah dilakukan pendidik untuk juga menumbuhkan rasa percaya diri dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran baik secara teori maupun praktik.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa SMK Bina Cipta juga mengalami hal yang sama namun sekolah tersebut gerak cepat melakukan terobosan baru yang berbeda dari sekolah lain untuk memotivasi peserta didik dalam pembelajaran melalui penerapan secara langsung agar leluasa dalam bekarya melalui pentas seni yang diadakan pada saat weekend setiap hari sabtu menggunakan lapangan sekolah tersebut.

Jarang sekali ada sekolah yang memfasilitasi dan sengaja meluangkan waktu sehari dalam sepekan untuk suatu kegiatan di luar teori pembelajaran. Bercermin dari permasalahan yang ada sekolah ini berani mengambil langkah cepat melalui pentas seni yang diharapkan tidak ada lagi pembelajaran monoton dan peserta didik lebih bisa mengekspresikan maupun merefleksikan diri melalui sesuatu yang dapat dinikmati dan digunakan terus menerus. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri juga bagi peserta didik jika dapat berkontribusi melalui pentas seni ini.

Bagus Susetyo (2007, p. 23) mengemukakan seni pertujukan merupakan sebuah ungkapan budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma esetetik dan artistik yang berkembang sesuai zaman, dan wilayah dimana bentuk seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang.

Melalui praktik nyata yang coba ditampilkan oleh SMK Bina Cipta Palembang diatas tentunya akan berdampak besar dalam memperbaiki pembelajaran di sekolah, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif, percaya diri serta keratif dalam berbagai bidang, di dukung dengan fasilitas sekolah yang memadai.

Adanya perkenalan awal dalam bentuk pentas seni yang diadakan di sekolah sangat menarik untuk diikuti. Ini berhasil dibuktikan oleh SMK Bina Cipta Palembang. Tanpa disangka-sangka sekolah ini setiap hari sabtu meraup semangat dan antusias peserta didik untuk berkontribusi melalui kegiatan pertunjukan pentas seni ini, Peserta didik berbondong-bondong mendaftarkan diri lewat wakil kepala sekolah di bidang kesiswaan dan bagian OSIS. Tidak hanya bicara omong kosong, sekolah memegang data peserta didik yang mendaftarkan diri dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas untuk mengikuti kegiatan pentas seni tersebut.

Sebagai contoh berbagai kegiatan pentas seni yang diadakan tersebut antara lain pertama seni tari meliputi tarian nusantara dan kreasi, kedua pertunjukan musik daerah maupun modern, ketiga musikalisasi puisi hingga drama. Disinilah perlunya berbagai pihak dan berbagai lembaga pendidikan untuk bersama-sama merancang, menangani, melakukan solusi terbaik serta berani memberikan ruang untuk individu berkreasi melalui praktik.

Kegiatan hanya berbasis teori terkesan monoton dan kurang merefleksikan peserta didik untuk menciptakan suatu karya. Perlu digaris bawahi jika yang bergerak hanya satu di antara berbagai pihak maka akan jomplang. (Penulis adalah Tenaga Pendidik Jurusan Bahasa Indonesia, serta Teknik dan Bisnis Sepeda Motor di SMK Bina Cipta Palembang).

Penulis : Try Agustina, S.Pd. dan Novita Nirmala, S.Pd.