Telaah atas fenomena kecerdasan buatan di dunia termasuk Indonesia

Opini

Penulis: Muhammad Ichsan Siregar dan Aryanto


Biodata 1

Muhammad Ichsan Siregar, SE., M.S.Ak., CSRS., CSP., CSRA

Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sriwijaya dan Mahasiswa Doktor Ilmu Akuntansi Universitas Airlangga

Aryanto, SE., M.Ti., Ak., CA

Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sriwijaya

Indonesia merupakan salah satu negara dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) yang berkembang pesat. Penyebutan kecerdasan buatan pertama kali dilakukan pada tahun 1956 pada Konferensi Darthmouth di Amerika Serikat. Namun, ide tentang kecerdasan buatan sebenarnya telah berkembang sejak Charles Babbage menemukan kalkulator mekanik pertama, yang dikenal sebagai komputer analitik, pada abad ke-19. Kemudian, pada tahun 1937, John Atanasoff dan Clifford Berry menciptakan komputer Atanasoff-Berry, yang juga dikenal sebagai ABC. Seiring berkembangnya teknologi komputer pada tahun 1970-an, sistem kecerdasan buatan yang lebih canggih dapat diciptakan. Seiring dengan meningkatnya minat terhadap kecerdasan buatan, kecerdasan buatan semakin populer di tahun 1980-an, dan banyak perusahaan teknologi mulai berinvestasi dalam penelitian dan pengembangannya.
Pengenalan komputer dan teknologi informasi kepada masyarakat umum di Indonesia pada awal tahun 1990-an menandai dimulainya perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia. Pada saat itu perkembangan pengembangan kecerdasan buatan masih terbatas pada beberapa perguruan tinggi dan organisasi penelitian di Indonesia. Di awal era milenium, sejumlah perusahaan digital mulai menunjukkan ketertarikannya pada AI seperti: Gojek, Traveloka,Tokopedia, dll telah memasukkan teknologi digital AI ke dalam chatbot dan sistem rekomendasi mereka. Perlahan penggunaan kecerdasan buatan mulai tumbuh dalam dunia pendidikan, kesehatan, maupun perbankan. Meskipun demikian, penerapan kecerdasan buatan di Indonesia masih cukup baru dan membutuhkan lebih banyak kemajuan.

AI merupakan kecerdasan buatan yang berbasis pada pengetahuan (knowledge) yang telah ada sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aplikasi e-commerce yang mampu menyajikan informasi tentang barang-barang yang biasanya diklik oleh akun tertentu atau pengguna. Pada saat pengguna tersebut login Kembali, aplikasi e-commerce mampu mem-push berbagai produk yang disukai oleh pengguna berdasarkan catatan kunjungan pengguna pada waktu sebelumnya. Terciptanya AI ini tidak lepas dari adanya siklus hidup manajemen pengetauan (knowledge Management life cycle/KMLC). KMLC secara garis besar digambar sebagai berikut:

Gambar Knowledge Managements Life Cycle (aryanto, 2010)

Pada gambar tersebut KMLC dimulai dari adanya data yang merupakan fakta yang dapat berupa number, text, mulmedia, skill dan lain-lain yang kemudian diproses secara manual atau pun dengan computer untuk menghasilkan informasi. Informasi yang ada menjadi hal yang diketahui oleh umat manusia hal ini lah yang disebut dengan pengetahuan (knowledgeI). Knowledge tersebut dapat memungkinkan (enables) pengguna informasi untuk membuat keputusan atau belajar sesuatu. Pengetahuan yang ada ini kemudian dikumpulkan dan didisain sedemikian rupa, yang kemudian ditanamkan / dimasukkan ke dalam komputer untuk membantu manusia dalam membuat keputusan. Di bidang kedokteran, AI dapat membantu seorang dokter dalam mengambil keputusan tentang pasien yang menderita suatu penyakit berdasarkan gejala-gejala yang telah diketahui sebelumnya. Bidang Akuntansi pun demikian, berdasarkan gejala-gejala yang ada pada prilaku transaksi yang mempengaruhi pos-pos atau akun dapat ditemukan adanya fraud (kecurangan) dalam laporan keuangan. KMLC dapat terjadi apa bila ditemukan suatu permasalahan yang belum pernah ada sebelumnya. Berbagai pengetahuan (Knowledge) yang telah didapat baik secara manual (People Thinking and skill) maupun melalui teknologi komputer dapat kembali menjadi bahan masukan (data) untuk menyelesaikan permasalahan baru tersebut. Dengan demikian proses Knowledge Management untuk menghasilkan AI yang semakin akurat tidak terlepas dari konsep sistem secara umum yaitu INPUT, PROSES dan OUTPUT dan mempunyai siklus hidup layaknya sebuah sistem.

Jika AI layaknya sebuah sistem yang memiliki siklus hidup, maka komponen sistem seperti hardware, software, brainware, data dan procedure juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan untuk pengembangan AI di masa mendatang. Kendala yang timbul biasanya disebabkan karena munculnya pengetahuan-pengetahuan baru yang belum tersimpan dalam AI. Kendala ini dapat dihadapi dengan menerapkan KMLC. KMLC atas AI menjadi penting agar AI selalu terupdate dengan berbagai pengetahuan baru yang dimiliki oleh manusia. AI yang selalu terupdate melalui KMLC diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengambilan keputusan atau pun tindakan demi kemajuan umat manusia di masa-masa mendatang.