Penurunan Yield Imbal Hasil Penyebab Rupiah Menguat

Ekobis, Kabar Ekonomi
kesempatan rupiah untuk menguat , Nilai tukar rupiah , pergerakan nilai tukar

LamanQu.id – Penurunan yield imbal hasil Treasury AS belakangan ini menjadi kesempatan rupiah untuk menguat.

Rupiah ditutup menguat 0,28 persen atau 40 poin ke level Rp14.485 pada Senin (26/4/2021). Sejak awal tahun, mata uang garuda melemah 3,10 persen.

Kurs rupiah juga terpantau menguat berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di hari pertama pekan ini, Senin (26/4/2021).

Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.489 per dolar AS, naik 59 poin atau 0,41 persen dari posisi Jumat (23/4/2021) Rp14.548 per dolar AS.

Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz melihat penguatan rupiah lebih didorong oleh sentimen eksternal dan pelemahan indeks dolar AS.

“Seperti yang kita ketahui, Bank Sentral AS terus menekankan bahwa tapering belum akan dalam waktu dekat sehingga ekspektasi pasar juga mulai terjangkar,” kata Faiz.

Sementara itu, lanjut Faiz, data defisit fiskal di Negeri Paman Sam juga kian melebar karena belanja fiskal terus bergulir.

Pada saat bersamaan, tekanan dari pergerakan yield US Treasury juga perlahan sudah mereda. Alhasil, indeks dolar AS mengalami pelemahan sebesar 0,12 persen menjadi 90.750 pada pukul 16.02 WIB.

Dari Benua Biru, Bank Sentral Eropa (ECB) juga masih berkomitmen untuk mempercepat stimulus moneternya. Beberapa sentimen global tersebut pun disebut Faiz telah memberikan dorongan positif untuk penguatan rupiah.

Kendati demikian, Faiz mengingatkan perbaikan impor dan periode pembayaran dividen oleh perusahaan multinasional masih membayangi pergerakan nilai tukar dalam waktu dekat.

Prospek permintaan dolar AS yang tinggi akan menjadi pengganjal sehingga penguatan rupiah pada April-Mei ini masih terbatas.

”Mungkin pada akhir kuartal ini akan ada penguatan rupiah yang berarti. Sebelum semester dua nanti tekanan akan lebih besar datang dari perbaikan aktivitas impor dalam negeri dan kemungkinan kenaikan yield US Treasury,” kata Faiz.

Irman memperkirakan rupiah dalam jangka pendek masih akan bergerak pada kisaran Rp14.450-Rp14.550 per dolar AS.