Australia Kucurkan Dana Hibah IPAL di Sungai Selayur

News

Palembang, lamanqu.id – Pemerintah Australia memberikan bantuan kepada Pemerintah Kota Palembang berupa dana hibah untuk proyek pembangunan IPAL di Sungai Selayur.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain.

Kepala Bidang Sumber Daya Air, Irigasi, dan Limbah Dinas PUPR Kota Palembang Ir. RA Marlina Sylvia, M.Si., M.Sc., IPM menyebutkan, lelang internasional untuk proyek pembangunan IPAL tersebut masih berjalan, dan sudah mengantongi nama calon pemenang lelang tersebut.

“Tapi, masih tahap evaluasi,” cetus Marlina Sylvia di ruang kerjanya, Rabu (5/2).

Kalau memang tidak ada sanggahan dan lain-lain, kata Marlina, pemenang lelang kemungkinan akan diumumkan pada akhir Maret atau awal April 2020. Kegiatan pembangunan IPAL akan dimulai tahun 2020 ini, dengan kondisi persetujuan kontrak tahun jamak.

Bantuan sebesar Rp 450 miliar, lanjut Marlina, adalah murni dana hibah dari Pemerintah Australia.

“Karena itu maksimum hibah itu Rp 450 miliar. Jadi, kita sudah dapat mencapai maksimum hibah,” ungkapnya.

Lanjutnya, bantuan dana hibah untuk proyek pembangunan IPAL dari Pemerintah Australia merupakan sebuah prestasi bagi Kota Palembang.

“Alhamdulillah, ada lima kota tetapi yang laik hanya tiga. Kalau tak salah itu loan (pinjaman), satu kotanya gak berhasil (gagal) karena tidak ada lahan. Cuma Palembang yang hibah, bukan loan. Jadi, murni hibah,” ujarnya.

Menurut Marlina, sesuatu yang baik, harus ditanggapi dengan baik juga. Apalagi, kata Marlina, hal ini merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh Kota Palembang.

Ia optimitis untuk sampai pada kondisi sungai yang indah dan bersih, tidak akan pernah tercapai kalau proyek pembangunan IPAL ini tidak berjalan. Meskipun restorasi sungai sudah mulai dijalankan, kata Marlina, tetapi bila kondisi air sungai berbau, sungai tersebut tidak akan pernah menjadi indah.

“Cantik di foto bae. Itu jugo kalo musim kering, dio jadi itam,” ujarnya.

Marlina menilai, penyebab sungai menjadi tidak indah adalah karena semua limbah masuk ke aliran sungai. Limbah-limbah itu, berasal dari hasil pembuangan rumah tangga, septic tank, bahkan restoran.

“Restoran itu coba, kalau kalian cek. Rata-rata buangnya ke saluran. Jarang yang punya pengolahan sendiri,” ujarnya.

Apalagi, lanjut Marlina, restoran-restoran yang ada di pinggir jalan, membuang limbahnya ke saluran. Limbah-limbah ini kemudian menjadi beku dan mengeras, sehingga menutup saluran pembuangan. Bilapun limbah tadi mengalir ke sungai, hal itu membuat air sungai menjadi keruh dan kotor.

“Kalau lihat dari foto udara, itu kelihatan. Artinya kenapa? Itu limbah semuanya masuk ke situ,” tutupnya. (Yanti)