Kisah Pemuda Hasan, Tinggalkan Pekerjaan Bergaji Besar Demi Dirikan Kampung Pendidikan

Pendidikan
Kampung Pendidikan , kisah inspiratif , pemuda Hasan , Polewali Mandar

Polewali Mandar, lamanqu.id – Sebuah kisah inspiratif datang dari seorang pemuda bernama Hasan. Ia rela meninggalkan profesinya sebagai pegawai di Bappenas Jakarta demi membangun dan memajukan kampung halamanya sendiri.

Tak ada biaya dan fasilitas tak membuat langkahnya terhenti. Warga Dusun Lemo Baru, Desa Kuajang, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulbar, ini menyulap rumah dan jalan-jalan di desanya menjadi sebuah tempat belajar yang nyaman dan santai bagi anak-anak warga sekitar yang ia namakan “Kampung Pendidikan”.

Kampungnya yang dulunya sepi dan tak bergeliat kini menjadi ramai dan menjadi buah bibir setelah ia dikenal luas. Setiap hari, di kampung pendidikan, anak-anak diberi pelajaran dan keterampilan multitalenta seperti bahasa Inggris, komputer, menari, agama, mengaji, ceramah, dan pelajaran lainnya.

Mulanya pesertanya hanya sektar 30 anak-anak, namun dalam tempo hampir setahun berjalan, kehadiran kampung pendidikan perannya makin dirasakan warga. Tak heran jika kini jumlah peserta didiknya mencapai 150 orang anak.

“Mulai sore hingga malam hari, kemudian kalau hari minggu kami tambah ekstra menari dan seni,” tuturnya.

Berangkat dari kegelisahan

Hasan, sang inisiator mengatakan, awalnya kampung pendidikan dirintis bulan Juli tahun 2017 lalu, namun baru berjalan efektif bulan April 2018 lalu.

Ide mendirikan Kampung Pendidikan ini muncul dari kegelisahan Hasan melihat banyak anak di kampung halamannya putus sekolah.

Hasan lalu berpikir, seluruh potensi ilmu dan pengetahuan yang ia dapatkan selama duduk di bangku kuliah mungkin bisa memberi kontribusi positif untuk membangun desanya.

Hasan menilai bahwa ternyata sumber dari pendidikan adalah pengetahuan. Kenapa banyak anak-anak di daerah jarang mendapatkan kesempatan sekolah diluar atau yang lebih baik, karena memang pengetahuan mereka di bawah rata-rata.

Proses pendidikan formal dari kecil itu hanya didapat di sekolah yang formal, tanpa ada bimbingan di sekolah non formal untuk mengembagkan minat, bakat dan pengetahuan mereka lebih luas.

“Akhirnya saya kepikiran, bagaimana anak yang putus sekolah mereka ditambah pengetahuannya sejak usia dini. Karena nantinya ke depan mereka bisa bersaing dengan yang lain. Karena banyak sekali beasiswa, tapi yang dapat adalah orang-orang yang memang pintar,” akunya.

Sarjana lulusan Univeristas Negeri Makassar (UNM) Fakultas Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi ini pada tahun 2009 hingga 2013 pernah mendapatkan beasiswa LPDP dari Kementerian Keuangan RI untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Pendidikan Olahraga tahun 2015 dan lulus S2 pada tahun 2017.

Lulusan S2 Universitas Negeri Jakarta ini sempat berkarir di Bappenas dan menikmati gaji yang cukup lumayan. Gaji lumayan dan tempat kerja yang cukup bergengsi ternyata bukan itu yang membuatnya bangga sebagai sarjana.

Berangkat dari keperihatinan melihat kondisi pendidian dna pengetahuan anak-anak desanya yang masih terbelakang, ia pun memutuskan untuk meninggalkan Jakarta demi membangun kampungnya.

“Kalau bicara finansial, secara materi saya sudah dapatkan di Jakarta. Saya sempat bekerja di Bappenas dengan gaji yang sangat lumayan. Namun karena prihatin, saat melihat kondisi kampung halaman, saya lalu memutuskan kembali mengabdi ke kampung,” ungkapnya.

Tiba di kampung halaman, Hasan kemudian meminta izin masyarakat dan pemerintah setempat. Ia juga mengajak potensi anak-anak muda setempat untuk ikut bersama-sama membangun kampung halamannya.

Bidang pendidikan dan kebudayaan pun ia pilih

“Sengaja saya memilih nama Kampung Pendidikan, karena cakupannya lebih luas, konsepnya menghadirkan suasana kampung dan lebih cepat diterima masyarakat,” tambahnya.

Untuk mendapatkan stok buku demi mewujudkan impiannya itu, ia mengajukan permintaan buku ke Perpustakaan Nasional RI. Hasan juga berkeliling Jabodetabek untuk menggalang donatur untuk mendapatkan buku.

Stok buku yang ia kumpulkan dari berbagai donatur atau dermawan kemudian ia kirim ke kampung halamannya, memanfaatkan program “Pustaka Bergerak Indonesia”, yakni fasilitas pengirimanan buku gratis di kantor pos.

Hasan pun memberi apresiasi positif terhadap program “Pustaka Bergerak Indonesia” yang canangkan pemerintah. Menurut Hasan, biaya pengiriman buku dari Jakarta ke Polewali via pos selama ini totalnya sudah lebih dari Rp 90 juta.

Raih penghargaan

Kerja kerasnya menggairahkan pendidikan di kampung halamannya sosok dan kehadiran Hasan kini mulai mendapat simpati luas masyarakat dan pemerintah.

Hasan tak hanya kini jadi sosok pemuda wirausaha yang menginspirasi warga dan lingkungan sekitarnya. Atas atensi dan apresiasinya, Hasan kini dinobatkan sebagai tokoh pemuda pelopor berprestasi di bidang pendidikan tingkat nasional, yang digelar oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada tanggal 18 Oktober lalu di Jakarta.

Sebelumnya, Kampung Pendidikan berhasil masuk ke nominasi setelah melalui seleksi tingkat kabupaten dan provinsi. Ada lima kategori lomba yang digelar, yakni bidang pendidikan; agama, sosial dan budaya; sumber daya alam lingkungan dan pariwisata; pangan dan; inovasi Teknologi.

Setelah masuk provinsi, dipilih tiga peserta yang mewakili Sulawesi Barat. Ketiganya adalah peserta dari Basseang di bidang pangan, yakni pembuatan makanan khas golla kambu, dan Wonomulyo dengan kategori budaya, yakni rumah banua. Lalu kampung pendididikan dari Lemo Tua. (kompas)