Uniknya Tradisi Seserahan Sangjit Ala Tiong Hoa

Komunitas
Prosesi Pernikahan Tiong Hoa , Tradisi seserahan Sangjit

Medan, lamanqu.id — Selain suku-suku lokal di Indonesia, keberagaman budaya dan tradisi Indonesia juga diramaikan dengan tradisi masyarakat Tiong Hoa, salah satunya adalah tradisi seserahan Sangjit. Masyarakat Tiong Hoa sudah lama menjadi bagian masyarakat Indonesia, semenjak nenek moyang dari Cina melakukan pelayaran ke sejumlah negara di Asia, dan salah satunya adalah Indonesia.

Keberagaman ini membawa pengaruh kepada keanekaragaman budaya dan tradisi. Percampuran budaya ini sendiri terjadi karena jaman dahulu banyaknya bangsa Asia yang datang dan singgah di Indonesia, kemudian meninggalkan tradisi hidupnya kepada anak cucu.

Salah satu tradisi yang ditinggalkan dan masih terus dilestarikan oleh keluarga Tiong Hoa di Indonesia adalah tradisi seserahan Sangjit.

Tradisi seserahan Sangjit merupakan salah satu prosesi sebelum pernikahan dilakukan. Sangjit atau yang umumnya dikenal dengan Pemberian seserahan oleh pihak keluarga calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin wanita.

Layaknya prosesi seserahan pada umumnya, tradisi seserahan sangjit ini juga kental dengan makna dan filosofi dari setiap simbol-simbol yang ada. Tidak hanya itu, masyarakat Tiong Hoa juga memiliki kepercayaan akan makna dari simbol tradisi tersebut. Dari sinilah keunikan prosesi ini terlihat menarik untuk disimak.

Waktu pelaksanaan Sangjit?

Tradisi seserahan Sangjit biasanya dilakukan sebelum hari H pernikahan, yaitu seminggu atau sebulan sebelum hari H. Walaupun saat ini ada beberapa keluarga yang melakukan di hari H, namun dilakukan pada pagi hari sebelum janji pernikahan dilakukan, tetapi akan jauh lebih baik jika dilakukan bukan pada hari H agar tidak berlangsung tergesa-gesa.

Apa saja isi barang seserahan yang perlu dibawa?

Sama dengan prosesi seserahan adat lainnya yang juga membawa sejumlah barang untuk mempelai wanita dan keluarga, tradisi seserahan sangjit biasanya menggunakan baki atau nampan dengan jumlah yang disarankan sebagai tempat seserahan.

Ada hal unik dari tradisi seserahan sangjit ini, yaitu saat pemberian seserahan. Dimana sebagian besar barang-barang seserahan yang telah diberikan tersebut, sebaiknya dikembalikan lagi kepada keluarga pengantin pria. Selain karena kehormatan keluarga, maksud lainnya adalah keluarga wanita masih memiliki peran dalam keluarga pengantin. Akan tetapi, jika keluarga mempelai wanita mengambil seluruh barang yang ada, artinya mereka menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya pada keluarga pria dan tidak akan ada hubungan lagi antara pengantin wanita dan keluarganya. Sehingga kedua pilihan tersebut ditentukan oleh keluarga mempelai wanita.

Perkembangan jaman yang semakin modern, membuat tradisi seserahan Sangjit ini mengalami beberapa perubahan pada barang-barang seserahan yang disediakan. Karena tradisi seserahan Sangjit yang ada sekarang ini dibuat lebih simple dan tidak serumit dahulu. Nah, untuk detail barang seserahannya seperti berikut ini:

1. Perlengkapan kecantikan dan juga perhiasan untuk mempelai wanita

2. Pakaian atau kain untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan sandang mempelai wanita akan dipenuhi oleh sang pria.

3.Uang susu (ang pao) dan uang pesta yang disimpan menggunakan amplop merah layaknya ang pao. Biasanya, pihak mempelai wanita hanya mengambil uang susu, sedangkan untuk uang pesta hanya diambil jumlah belakangnya saja, sisanya dikembalikan. Contoh uang pesta sebesar: Rp. 124.550.000,– namun yang diambil hanya Rp. 50.000,- . Mengapa demikian? Karena jika keluarga wanita mengambil seluruh uang pesta, artinya pesta pernikahan tersebut dibiayai keluarga wanita.

4.Tiga buah nampan berisi buah apel, jeruk, atau pear yang masing-masing nampan berisikan 8, 18, atau 28. Mengapa serba 8? karena masyarakat Tiong Hoa meyakini bahwa angka 8 memberi keberuntungan. Selain itu, buah manis yang dibawa juga memiliki makna lho, yaitu sebagai lambang kedamaian, kesejahteraan dan rejeki.

5. 2 pasang lilin merah yang cukup besar kemudian diikat dengan pita merah, sebagai simbol perlindungan untuk menghalau dari pengaruh negatif. Lilin yang diberikan biasanya bermotif naga dan burung hong. Biasanya pihak mempelai wanita hanya mengambil 1 pasang saja, dan sisanya dikembalikan.

6. Sepasang kaki babi yang dapat diganti dengan makanan kaleng yang mengandung babi

7. Satu nampan kue mangkok berwarna merah sebanyak 18 buah yang memiliki arti sebagai lambang keberuntungan.

8. Satu nampan berisikan dua botol arak atau champagne. Lain dengan seserahan lain yang diambil sebagian, untuk seserahan ini pihak mempelai wanita mengambil semuanya, kemudian ditukar dengan dua botol sirup merah yang akan dikembalikan ke pihak mempelai pria.

Barang-barang seserahan tersebut sebenarnya masih bisa ditambahkan dengan kue satu, kaca, uang-uangan dari emas, buah-buahan dan masih banyak lagi, disesuaikan dengan kesanggupan mempelai pria, jadi sifatnya tidak memberatkan.

Tradisi seserah Sangjit yang sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh masyarakat Tiong Hoa, memberikan warna tersendiri dalam keberagaman tradisi upacara pernikahan di Indonesia yang seru untuk dilihat. (JL)