Mapan Baru Menikah, Sampai Usia Berapa?

Opini
Pernikahan , Pernikahan Usia Muda , Umur Ideal Menikah

Palembang, lamanqu.id-Pernah dengar lagu “Menikah” disuarakan “Capung ” vocalis Java Jive grup band musik asal Bandung, berkarakter vocal unik serak melengking pada nada tinggi gak ada banding, pada nada nada rendah tetap saja taste jazz nya berkelas.

 

Dirilis pertama tahun 1994. Klip yang berlatar Jogja dengan keindahan pantai, alun alun dan Prambanan dengan naturanya serta sosok figure model perempuan muda, ramping rambut lurus hitam selalu tergerai.

Tak terlalu berlebihan jika figure tubuh seksi alami sang Tracy Trinitia baru beranjak remaja kala itu jadi penghias bumbu vidio klip nya ini, karena kekuatan rytme gambar dan suara alami maestro lah jadi kekuatan karya ini.

 

Backsound tertata apik melodius dominasi gitar aqustik yang bikin remaja putri menggelepar dengan adorable nuansa romantis rayuan untuk langsungkan mahligai ke arah hubungan lebih serius ya ” menikah”.

 

Apakah kau tak pernah tahu

betapa indahnya dirimu

biarkan rambut yang tergerai

jatuh dalam pelukanku

 

kucium hatimu damai

tatap matamu harapan

saat kita erat berpelukan

oh indahnya berkata

 

oh … menikahlah denganku

oh … bahagialah selamanya

 

musim demi musim berlalu

menuai usia kita

biar dua hati bercanda

di padang yang kita bina

 

kucium hatimu damai

tatap matamu harapan

saat kita erat berpelukan

oh indahnya berkata

 

oh … abadilah cintaku

oh … jayalah dunia berlalu

oh … bahagialah kasihku

oh … bahagialah selamanya

sampai waktu yang memanggil kita

ku kan tetap berkata

 

Segera menikah biar nggak jadi perawan tua.” Gara-gara kalimat itu, banyak remaja putri yang akhirnya terburu-buru memutuskan sebuah pernikahan.

Mereka takut merasa terlalu tua saat menikah. Sebagian lagi malah sering merasa memutuskan menikah terlalu muda, sehingga kurang bisa menikmati masa muda.

 

Sebenarnya berapa usia yang dianggap ideal untuk menikah? Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terhadap remaja berusia 15-19 tahun, ada perbedaan perspektif mengenai berapa usia yang dianggap ideal untuk melangsungkan pernikahan pertama kali oleh laki-laki dan perempuan. Bagi mayoritas remaja perempuan, dalam hal ini yang berusia 15-19 tahun, usia ideal pernikahan bagi seorang perempuan adalah 22-25 tahun.

 

Hal ini berdasarkan data SDKI 1991-2012 yang menyatakan, 59,9 persen remaja perempuan menyatakan bahwa usia ideal untuk menikah adalah 22-25 tahun. Hanya 0,7 persen remaja perempuan Indonesia yang menyatakan bahwa usia ideal menikah untuk seorang perempuan adalah lebih dari 30 tahun.

 

Bagi sudut pandang remaja laki-laki, usia 20-23 tahun dianggap sebagai rentang usia yang ideal bagi perempuan untuk menikah. Terlihat dari 56 persen remaja pria di Indonesia yang menyatakan bahwa perempuan berusia 20-23 tahun dinyatakan ideal dalam membangun rumah tangga.

 

Sedangkan, satu persen remaja laki-laki menganggap bahwa usia ideal perempuan untuk menikah adalah lebih dari 30 tahun. Di sisi lain, mayoritas remaja laki-laki, 49 persen, menyatakan bahwa usia menikah ideal bagi mereka adalah 24-25 tahun.

 

Disusul oleh 14,9 persen remaja laki-laki Indonesia yang menyatakan usia menikah ideal adalah 26-27 tahun. Selain itu, sebanyak 6,7 persen remaja laki-laki berpendapat bahwa usia lebih dari 30 tahun merupakan usia ideal untuk menikah.

 

Hal ini juga sejalan dengan pandangan remaja perempuan, 41 persen menyatakan bahwa usia menikah ideal untuk seorang laki-laki adalah 24-25 tahun. Menariknya, sebanyak 10,8 persen remaja perempuan menganggap usia menikah ideal untuk seorang pria adalah lebih dari 30 tahun. Bila membandingkan data keduanya, usia ideal seorang laki-laki menikah adalah lebih dari 24 tahun.

 

Hal ini disebabkan adanya kebiasaan dalam masyarakat kepada pria untuk memiliki kehidupan yang mapan, baik dalam sisi finansial maupun tanggung jawab, sebelum melamar atau menikah perempuan pilihannya. Sedangkan, bagi perempuan, usia ideal menikah lebih muda dibandingkan pria. Perempuan dianggap ideal menikah pada usia 20-23 tahun. Hal ini tak lepas dari anggapan sebagian masyarakat bahwa perempuan sebaiknya menikah muda supaya tidak berisiko dalam melahirkan dan masih mampu mengurus anak.

 

Mudanya usia perempuan Indonesia dalam berumah tangga juga terlihat dari hasil SDKI. Berdasarkan data SDKI sejak 1991 hingga 2012, usia menikah pertama wanita usia 25-49 tahun berada di atas 16 tahun yang merupakan batas minimal usia menikah bagi perempuan di Indonesia. Pada survei 1991, median usia menikah pertama adalah 17,1 tahun dan meningkat menjadi 20,1 tahun pada survei 2012.

 

Median usia yang digunakan dalam melihat tren pernikahan pertama ini menunjukkan 50 persen dari semua perempuan dalam kelompok usia yang disurvei sudah melakukan pernikahan. Berdasarkan pengelompokan tersebut, dihitung nilai tengah yang menunjukkan tren usia pernikahan pertama perempuan di Indonesia.

 

Bila ditelisik lebih lanjut, wilayah tempat tinggal memberikan pengaruh pada keputusan perempuan untuk menikah. Perempuan yang tinggal di perkotaan memiliki median usia menikah yang lebih lambat dibandingkan di perdesaan.

 

Dalam catatan SDKI 2002-2003, median usia perempuan perkotaan adalah 20,3 tahun, sedangkan di perdesaan adalah 18,3 tahun. Median usia ini meningkat menjadi 21,2 tahun untuk perempuan di perkotaan pada SDKI 2012 dan 19 tahun bagi perempuan di perdesaan.

 

Selain wilayah tinggal, pendidikan juga memberikan pengaruh pada usia perempuan menikah. Perempuan yang tidak sekolah cenderung menikah lebih cepat ketimbang perempuan yang menamatkan pendidikan SMTA. Pada data SDKI 2012, median usia menikah pertama perempuan usia 25-49 tahun yang tamat SMTA adalah 22,6 tahun, sementara perempuan yang tidak sekolah adalah 17 tahun.

 

Penentuan usia menikah di Indonesia masih dipengaruhi wilayah tinggal dan struktur sosial. Perempuan yang tinggal di daerah perkotaan, berpendidikan tinggi dan memiliki kekayaan di atas rata-rata akan menikah pada usia yang lebih tua dibandingkan yang tinggal di perdesaan, berpendidikan rendah dan cenderung miskin. Selain itu, tekanan sosial juga menjadi pendorong perempuan untuk menikah.

 

Berdasarkan penelitian Pradipta, Wahyuni dan Sumarti (2017), teman sebaya memengaruhi remaja perempuan dalam mengambil keputusan untuk menikah. Inilah yang menjadi penyebab mengapa perempuan menikah lebih muda dibandingkan laki-laki.

Sekarang kembali pada pribadi masing masing pastinya jodoh memang sudah digariskan, tetap saja rasa rasa nya harus ada ihtiarya guys. (JL)