Ketika Paidol Menghapus Air Mata Ojol…!

News

Palembang, lamanqu.id – Di saat hari-hari tersandung Covid-19, kebutuhan pokok membubung tinggi di kota ini. Justru badai krisis ekonomi kian melanda nasib para Ojek Online (Ojol). Guna ‘menghapus’ air mata mereka, Drs H Paidol Barokat MPdi pun rela berbagi sedikit rezeki. Beras, sejadah, dan masker bahkan ia bagi-bagikan secara gratis. Perjuangan seorang wakil rakyat yang tanpa batas.

Selasa 21 April 2020. Tak kurang dari 50 warga yang kini sedang menjalani profesi Ojol berkumpul di teras rumah Paidol Barokat di Jalan Sukabangun 2, Lorong Cempaka Putih Nomor 3, Palembang. Sesampainya di rumah bercat hijau daun, itu tampak wajah para Ojol begitu bahagia. Waktu yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Paidol Barokat pun memersilakan para Ojol berbaris untuk menerima bantuan beras, masker, dan snak. Sejenak para Ojol coba spontan mengatur jarak sekira 1,5 meter yang membentuk barisan.

Pertemuan antara Paidol dengan Ojol itu rupanya kisah lanjutan kepeduliaan yang ketiga. Sebelumnya Anggota Komisi 1 DPRD Kota Palembang ini beberapa kali sholat Jumat turut serta membagikan sejadah ke jemaah Masjid Silaturahmi, Masjid Al Ihsan, dan mesjid lainnya.

“Alhamdulillahirobbilamin. Terimakasih sudah datang ke sini. Kenapa bantuan ini saya bagikan di rumah? Ya, yang pasti kita berupaya menghindari terjadinya kerumunan massa. Semoga bantuan ini bisa meringankan beban hidup para Ojol,” ucap Paidol disela-sela pembagian beras dan masker untuk para Ojol.

Ketika berdialog dengan Ojol, Paidol berkata di tengah kondisi Covid-19, ekonomi masyarakat ikut goyah. Melihat kenyataan ini, Paidol pun terniat menyisihkan sedikit hartanya untuk keluarga para profesi Ojol. Jika ditotal, 1,5 ton beras sengaja ia pesan dari Tanjung Raja. Plus masker dan bantuan lainnya.

“Tadinya mau dibagikan sebanyak 300 karung ukuran isi 5 kilo, tapi yang ada baru 100 karung. Sisanya 200 karung belum datang disebabkan angkutan macet di perjalanan. Namun, yang pasti saya ingin berbagi rezeki baik Ojol maupun tetangga di lingkungan terdekat lewat ketua RT setempat,” suara Paidol merendah.

Paidol menyadari betapa prihatinnya pilar-pilar ekonomi sejak virus Corona menghantam negeri ini. Bukan semata kota Palembang, secara nasional pun sektor ekonomi pun kian terancam. Kekuatan doa dan sikap kehati-hatianlah yang Insyaallah dapat menghindari terjangkitnya wabah Covid-19 itu.

“Kita saksikan di mana-mana toko-toko sepi. Jalan juga sepi. Semoga ini cepat berlalu. Apalagi sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadan. Saya ingin mengimbau kepada rekan-rekan dan saudara lainnya mari kita menjaga diri sebaik-baiknya. Cuci tangan dan jaga kesehatan. Meski Palembang kini kategori Zona Merah, tetaplah kita waspada  dan hati-hati. Serta perbanyak doa ke Maha Kuasa,” imbauan Paidol amat bijaksana.

Pada sisi lain lelaki asli kelahiran Beti Meranjat itu berpesan agar para wakil rakyat lainnya untuk tergugah hati saling tolong-menolong antar sesama. Sehingga tumbuh nilai-nilai kekeluargaan dan sikap gotong royong.

“Itu harapan dari lubuk hati yang terdalam dari saya,” cetus lulusan Strata 2 Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang ini.

Gayung seakan-akan bersambut. Dian Syahputra, Koordinator Wilayah Ojol Sukarami, Alang-alang Lebar dan Kemuning menyampaikan, bahwa kecintaan, perjuangan, dan pengorbanan Paidol Barokat membela nasib para Ojol adalah bentuk nyata dari catatan amalan seorang Paidol. Tak heran, nama Paidol pun cukup berkibar di kalangan ‘orang-orang’ seperti Ojol.

“Kalau anggota Ojol di tiga wilayah itu saja mencapai 1000 orang. Tapi yang kita undang ke rumah Pak Paidol ini betul-betul mengandalkan ojek online sebagai mata pencaharian mereka. Bagaimanapun, mereka kan ikut anjuran pemerintah yang melarang keluar rumah. Nah, sedangkan kebutuhan hidup mereka, siapa yang jamin? Syukur Alhamdulillah, ado tokoh yang juga wakil rakyat dengan dana pribadi Beliau mau berbagi rezeki dengan Ojol,” Dian menuturkan.

Hari itu Dian tak sendirian. Bakarudin yang hampir bertahun-tahun menekuni profesi Ojol merasa senang adanya bantuan ini. Jatah beras yang ia peroleh dari Paidol Barokat barangkali dapat menjadi ‘buah tangan’ untuk sang istri di rumah.

“Susah nian, Pak. Nyari sikok orderan penumpang bae alangkah saronyo. Dapat sehari empat order, itu Alhamdulillah. Kalu sikok order dikalikan Rp 8.000, maka baru dapat Rp 32 ribu. Belum lagi potong minyak. Sementaro kami disuruh idak kemano-mano. Jadi, kami tetap nyari nakfah untuk anak dan istri,” ungkap pria akrab di sapa Bakar.

Jangan harap, sambung Bakar, para Ojol bisa memeroleh uang lebih bila ngojek dalam beberapa bulan ini. Penghasilan yang ia terima dari Ojol pun bisa-bisa berkurang hingga 80 persen dari hari-hari sebelum adanya wabah Covid-19.

“Inilah yang kami rasakan saat ini, Pak. Entah sampai kapan seperti ini kami tak pernah tahu,” suara Bakar nampak setengah parau.

Percakapan pun berakhir. Waktu jualah yang memisahkan semuanya. Ya. Memang tak ada manusia berdiri sendiri seperti pulau yang terasing; setiap orang adalah kepingan kecil  dari benua, bagian dari bingkai yang besar. Serupa bila sebongkah tanah luruh; sama halnya rumah sahabatmu terbenam, rumahmu juga. Dan, karenanya tak perlu mencari tahu untuk siapa lonceng berbunyi, itu berbunyi untuk mereka. (RLQ)