Kampung Burung Kicau di Lorong Belimbing

Komunitas
Kicau mania

* Tinggal di Kota, Serasa Bermukim Alam Bebas

Palembang, lamanqu.id – Pemandangan yang asri. Belasan kandang warna-warni terpajang. Walau berdomisili di kota, tapi serasa bermukim di alam bebas. Ya, sekilas inilah gambaran suasana kawasan Lorong Belimbing RT 05, Kelurahan 20 D IV, Kecamatan Ilir Timur I, kota Palembang. Sejak wabah Covid-19, warga Belimbing kini nampak sibuk mengaungkan Kampung Burung Kicau.

Adalah Fery Fur Wansyah. Seorang pegiat burung kicau di Lorong Belimbing amat tertarik mewujudkan konsep Kampung Burung Kicau di seputaran pemukimannya. Bagi Fery, menjalin rasa kebersamaan melalui suara kicauan burung tetap paling utama.

“Nah, baru-baru ini kan ada istilah work from home. Bekerja di rumah. Karena itu saya merasa terpanggil, kenapa tidak dijejerkan saja burung-burung kicau ini? Kan suasana bisa jadi lebih ramai,” demikian ucap Fery kepada lamanqu.id di teras rumahnya.

Pajangan burung kicau selain dapat mempertemukan antar warga, juga mengasah kepedulian sosial kepada sesama. Kesan hura-hura dan hanya menyalurkan hobi semata akan hilang jika sisi sosial dikedepankan.

Dan, dari sisi sosial, juga sering dijadikan tempat bertukar pikiran soal burung, kesehatan dan perikanan, serta kuliner.

Fery berujar, kedepan akan berupaya menggabungkan berbagai elemen seperti pecinta kuliner, diskusi umum dan tempat rekreasi anak-anak di area base camp. Sehingga bisa lebih memberikan peran dan manfaat kepada sesama.

“Ibaratnya hobi tetap disalurkan, tapi tidak melupakan antar sesama dan komunitas lainnya,” katanya.

Agaknya Fery memang cukup lama hobi memelihara belasan jenis si burung kicau. Namun, itu taklah cukup baginya. Kini, sebagai penggagas lahirnya konsep kampung Burung Kicau di Lorong Belimbing, Fery berkata, bahwa  saat ini saja tiap pemilik rumah mempunyai aneka burung kicau. Sebut saja, Murai Batu, Love Bird, Pentet, Kenari, Kacer, dan burung kicau lainnya.

Walhasil, sekarang Lorong Belimbing juga bisa dijadikan tempat refreshing keluarga. Dengan adanya pajangan puluhan jenis burung membuat kawasan lorong ini seasakan berada di alam burung kicau.

“Harapannya, selain dikenal dan mampu berkontribusi bagi sesama, akan terjalin kerukunan antar pehobi burung kicau. Sembari memberikan sumbangsih bagi kegiatan sosial sesuai rencana kegiatan yang ada,” ungkap Fery yang kini aktif sebagai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Kota Palembang ini.

Afandi Mulya Kesuma, Warga RT.05 mengutarakan, burung kicau memiliki syrinx yang mirip seperti pita suara namun mampu menciptakan suara atau kicauan yang cantik dan elok. Burung kicau kian marak diperjualbelikan. Selain untuk dijadikan koleksi, juga untuk dilombakan kicauannya agar mengangkat popularitas si pemilik dan mendulang rupiah.

“Di warung-warung, di pasar, kalau menurut saya sih gampang, saya bisa temukan itu (burung-burung), tapi tidak di alam,” sebut Afandi.

Tak dipungkiri maraknya pegiat burung kicau, dilatarbelakangi oleh budaya memelihara burung yang kebablasan. Selain itu, minimnya kesadaran masyarakat terhadap recovery satwa, dan lemahnya implementasi penegakan hukum menyebabkan kelangkaan burung kicau di alam.

“Ya, tentunya saya mengapresiasi tercetusnya konsep Kampung Burung Kicau di tengah-tengah pemukiman warga. Walau kito tinggal di kota, tetapi serasa berada di alam bebas,” dia menyampaikan. (RLQ)