Wahai (Orang Tua) Jadilah Tauladan bagi Anak Kita..!

News

* Penguatan Budaya Ramah Anak KPAD Banyuasin Ditengah Isu Covid-19

Banyuasin, lamanqu.id – Menumbuhkan dan mengembangkan budaya ramah anak harus terus dilakukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Betapa pentingnya itu, fase pertumbuhan pada anak simana tiap anak memiki kepekaan menyerap semua yang ada disekitar, akan tetapi sangat membutuhkan bimbingan dan nasehat dalam mengelolah apa apa yang anak anak alami terhadap apapun itu.

Maka peran orang tua dan masyarakat harus bijak menyikapi hal itu agar anak anak dapat melalui masa pertumbuhan nya dengan sempurna tidak salah asuh dan salah penyampaian karena mereka terlalu bebas menyerap tanpa filter dan norma agama budaya dan tatanan kehidupan yang benar.

Dalam hal ini, upaya pencegahan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun kepeloporan masyarakat, orang tua dan keluarga juga sangat menentukan.

Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) yang disampaikan oleh Komisioner KPAD Banyuasin bidang Monitoring Martopo Yusuf, saat ditemuai di ruang kerjanya, Selasa 6 April 2020. Ada beberapa tips yang bisa diterapkan dalam mewujudkan lingkungan ramah anak itu.

“Yang pertama kita semua harus menumbuhkan budaya kepeloporan di lingkungan warga,” katanya.

Martofo memberi contoh kepeloporan seorang ketua RT atau RW dalam mengkonsolidasi warganya membiasakan hidup bersih dan sehat, tanggap, dan cepat mengambil langkah jika ada anggota warganya yang orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pemantauan (PDP) dan positif terpapar virus Covid-19 merupakan langah positif.

“Apalagi saat ini sebagian warga masyarakat secara sukarela mempelopori penyemprotan,” jelas dia.

Hal ini jelas dia, merupakan bentuk kongkrit tumbuhnya rasa kolektifitas dan solidaritas masyarakat kita yang selama ini mulai terkikis.

“Kepeloporan ini akan menumbuhkan lingkungan warga yang sehat dan berdampak positif bagi upaya menumbuhkan budaya warga yang ramah anak,” tutur Martopo.

Selanjutnya lanjut Martopo, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh budaya penting mempelopori tumbuhnya budaya positif untuk mencegah anak dari penularan Covid-19.

“Melakukan hal-hal positif mulai hal yang sederhana, seperti mengajak masyarakat dan anak mencegah kerumunan, mengimbau membudayakan hidup bersih dan sehat merupakan hal positif yang dapat menginspirasi anak,” sebut dia.

Jadilah orang terdekat anak yang selalu menghadirkan teladan yang positif bagi anak-anak. Kata dia, mendidik anak dengan pembiasaan baik dan membahagiakan dapat mencegah anak dari paparan virus korona. “Orangtua dan keluarga mesti konsisten menjaga dan meningkatkan imunitas anak,” terang dia.

Karena, sistem kekebalan tubuh atau imun yang baik merupakan pelindung yang paling optimal. Istirahat yang cukup, asupan gizi seimbang, berolahraga bersama keluarga, memberikan ASI (pada bayi), pola hidup bersih dan sehat merupakan hal positif untuk merawat dan meningkatkan imunitas anak.

Selanjutnya, pastikan guru mengembangkan pembelajaran jarak jauh secara inovatif dan menyenangkan untuk anak. Anak untuk sementara waktu tetap belajar di rumah, sebagaimana anjuran pemerintah dan didampingi oleh orangtua atau dari keluarga. Tujuannya agar anak dalam menghadapi situasi Covid-19 tetap belajar, bahagia dan tidak tertekan.

“Pastikan anak bermain dengan aman dan edukatif. Hindari permainan yang mengandung kekerasan dan sadisme serta bentuk permainan lain yang negatif. Karena hal tersebut rentan mempengaruhi tumbuh kembang anak,” ujar dia.

Pastikan anak tidak berada dalam kerumunan di mana kebijakan pemerintah yang menerapkan social distancing atau physical distancing sebagai cara untuk menghindari penyebaran virus korona lebih luas di tengah pandemi global yang mengancam keselamatan manusia termasuk usia anak. “Maka, semua anak Indonesia harus ditumbuhkan kesadarannya dengan cara yang tepat sesuai usianya,” tegas dia.

Begitu juga memastikan anak, menggunakan teknologi dan informasi secara sehat. Adanya kebijakan belajar di rumah saat ini, potensi anak menggunakan teknologi dan informasi sangat tinggi, maka orangtua dan keluarga mesti memastikan anak dapat mengelola waktu secara tepat, memiliki literasi dan resiliensi menggunakan gadget serta selalu dalam pantauan dan bimbingan keluarga.

“Budayakan berbagi informasi positif, edukatif dan membahagiakan, bukan membagikan informasi hoaks yang menimbulkan ketakutan bagi anak,” pungkas dia. (Indera)