Ketua DKP : Pernyataan Budayawan Kalau Kerajaan Sriwijaya Fiktif Karena Kurang Referensi

News
Dewan Kesenian Palembang (DKP) , Kerajaan Sriwijaya

Palembang, lamanqu.id – Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP), Vebri Al-Lintani menilai pernyataan Budayawan Betawi Ridwan Saidi yang mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah palsu atau fiktif adalah pernyataan yang keliru. Pasalnya, banyak bukti prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Vebri menuturkan, pernyataan itu hanyalah tafsiran Ridwan Saidi yang hanya membaca beberapa referensi yang menganggap Sriwijaya sebagai bajak laut.

“Pernyataan Ridwan Saidi keliru yang mengatakan tidak ada bukti Sriwijaya sebagai kerajaan. Karena banyak prasasti menunjukkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan, misalnya prasasti Kedukan Bukit, yang secara jelas menyebutkan kata Sriwijaya. Kemudian, prasasti Talang Tuo, rajanya sama dengan prasasti Kedukan Bukit yakni Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang membangun taman Sri Kesetra,” kata Vebri saat diwawancarai di Kantor Vamat Ilir Timur I Palembang, Senin (26/8/2019).

Menurutnya, bukti lain adalah prasasti Telaga Batu yang merupakan persumpahan raja kepada pejabat-pejabat kerajaan pada saat itu. Dan Prasasti itu ditemukan di Palembang.

“Jika itu bajak laut tidak mungkin akan meninggalkan prasasti, karena bajak laut tidak pernah meninggalkan prasasti,” tegasnya.

“Dia mengatakan I Tsing ditugasi kaisar pergi berbulan-bulan tidak menemukan apa-apa tentang Sriwijaya. Dalam catatannya I Tsing sendiri, bersama-sama dengan para Biksu Budha belajar di Sriwijaya dan itu banyak sekali jumlahnya, menurut penafsiran orang tempatnya di Bukit Siguntang Palembang,” tambah Vebri.

Vebri menerangkan, sampai saat ini banyak penemuan penemuan berkaitan dengan Sriwijaya.

“Jangan-jangan pernyataan Ridwan Saidi yang fiktif, karena dia belum detail membaca tentang Sriwijaya sehingga pernyataannya keliru. Tidak perlu ditanggapi pernyataan Ridwan Saidi nanti dia besar kepala. Lebih baik kita perbanyak seminar-seminar memperkuat bukti mengenai Sriwijaya disini, daripada mengcounter pernyataannya,” ucapnya.

“Kalau sebagai tafsiran itu sah-sah saja, tetapi itu di counter oleh banyak Arkeolog, Budayawan dan para Sejarahwan. Lebih baik Ridwan membuat tesisnya dalam sebuah artikel dan dibahas di seminar, ” pungkasnya. (Yanti)