Fitrianti Agustinda : Kembali ke Seragam Sekolah Jaman Dulu

Pendidikan
Seragam sekolah , Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda

Palembang, lamanqu.id – Stop pungli di sekolah, yang disosialisasikan di ruang rapat Pameswara, Jumat (12/07) acara yang dihadiri seluruh kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri se Kota Palembang. Pungli yang marak jadi perbincangan di sekolah – sekolah ini menuntut Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda untuk angkat bicara.

Dalam paparannya wakil wali kota Palembang Fitrianti Agustinda berujar “kalau sekolah masih di anggap barang yang mewah dan mahal, padahal anggaran yang dikucurkan sangat besar yakni 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) karena hal pendidikan yang sangat pokok dalam kehidupan”.

“Kenapa sampai saat ini saya masih sangat fokus masalah pendidikan dan masalah kesehatan, jangan sampai ada warga yang sakit tidak mendapat pertolongan”.

Fitri melanjutkan saya “mengetuk hati bapak dan ibu semua agar memberi pendidikan yang terbaik bagi anak didik kita”.
Tugas kami selaku Wakil Wali Kota dan Dinas Pendidikan yang akan mencari jalan keluar terkait masalah dana di sekolah, tugas Bapak dan Ibu mengarahkan anak didik, tugas anak-anak mendapat pengarahan yang baik dan contoh yang baik serta mendapatkan sarana dan prasarana yang baik.
Semoga pendidikan bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan koridor yang ada tandas Fitri”.

“Masalah yang ada disekolah mari kita bicarakan baik-baik, kami akan membantu mencarikan dana dan jalan keluarnya ujar fitri”.

Mengenai seragam sekolah Fitri meminta kepada sekolah “jangan wali murid di bebankan, biarkan mereka membeli sendiri atau mungkin mereka ada baju bekas kakaknya yang masih bisa di pakai adiknya”.

Lebih baik kembali ke jaman dulu, yang hanya memakai seragam tidak terlalu banyak”.

Seragam mewah dan banyak belum tentu menjadikan murid pintar dan esoknya akan jadi pejabat.

“Tolong pikirkan wali murid yang hidupnya di bawah garis kemiskinan yang tidak mampu membeli baju seragam “.

Cukup putih biru, olah raga dan Pramuka, tanpa perlu memakai rompi batik, koko dan lainnya.

Terakhir Fitri berpesan kepada seluruh kepala sekolah “dak kan ku biarke kamu bejuang dewek an, asal kamu ngomong” ujar Fitrianti berapi-api.

Gusmah selaku kepala inspektorat menambahkan bahwa jangan ada komite sekolah yang ketika mengadakan kegiatan, maka biaya dibebankan ke wali murid.
Sekolah boleh melakukan kegiatan apapun yang bersifat positif dengan jalan mencari dana di luar sekolah.
Komite itu bukan ladang mengais rezeki disekolah, tapi sebagai jembatan antara sekolah dan wali murid tandas Gusmah.(mahameru )