Smartphone Usir Kepekaan Sosial, Kok bisa?

Opini
gudged , Media Sosial , Smartphone

Palembang, lamanqu.id-Seringkali bahaya gudged disuarakan lewat copas Whatsapp line BBM dan aplikasi bernuansa grup sejenis yang bisa kirim artikel. Bahaya gudged bahkan diseminarkan oleh kalangan pemerhati sosial dan kelompok orang pegiat sosial sejenis nya pula.
Rasa nya juga ingin membuat karya sejenis tapi tidak terlalu memojokan pembaca dengan alasan sama sama terjebak dalam era milenial mau bilang apa.

Seorang dosen pengajar tetangga dekat pernah bilang tahun lalu dan selalu dijadikan buah pikiran untuk tidak bisa dan serta merta kita ini menyalahkan keadaan.
Katanya kita bagaimanapun juga harus bisa bersahabat dengan banjir itu sendiri, kenapa juga kita harus jual rumah yang nyatanya terkena banjir tahunan ya memang keadaan nya begitu. Sang dosen menambahkan yang kita harus fikirkan ketika banjir itu datang persiapan apa yang harus kita perbuat.

Kembali ke cerita bahaya gudged ada beberapa tulisan menarik tapi dia ganti dengan Smartphone beda beda tipis lah, tapi samanya banyak.
Serta objek pengamatan nya cenderung lebih umum dan universal kalimat dan paragrap awalnya sederhana tapi judul nya exreem karena untuk “eyescatching” (attrative). Seperti, “Smartphone MenguburMu Hidup hidup”.
Dengan munculnya berbagai aplikasi membuat banyak penggunanya lebih aktif berkomunikasih menggunakan aplikasi dibandingkan komunikasi langsung.
Di facebook misalnya, ada saja netizen yang berkomunikasi sangat intens dan berdebat sangat panas.
Bahkan orang yang ada dalam 1 ruangan pun berkomunikasi via aplikasi, gimana gak rusak?

Padahal, komunikasi langsung banyak manfaatnya lho. Selain menciptakan komunikasi yang positif, komunikasi langsung juga bisa mencegah salah paham.
Lama kelamaan, manusia akan lupa cara berbicara.
SP membuat Candu Online.
Kemunculan internet dan SP membuat manusia menghabiskan banyak waktu untuk online di sosial media.
Baru aja lihat hape, udah kepikiran lagi untuk cek sosial media. Kondisi ini sangat mirip dengan kecanduan, ada yang lupa makan, lupa tidur dan lupa bernafas karena serunya online di sosial media.
SP membuat orang kesusahan untuk belajar.
Peran buku sudah mulai berkurang sejak kemunculan smartphone, hanya dengan benda kecil ini kita bisa menyimpan berbagai materi yang bisa di buka kapan saja.

Tapi menurut pengalaman kita lebih mudah mengingat dan memahami pelajaran yang di dapat dari buku dibandingkan dengan smartphone karena ktita lebih fokus membaca materi di buku.
Jika baca materi di smartpone maka akan banyak gangguan yang muncul, misalnya : SMS iklan ayam goreng promo, SMS mama minta pulsa, pemberitahuan update aplikasi dan iklan bigo yang bikin error.

SP membuat kita lupa cara membangun hubungan.

Dulu di jaman kita SD, kalo mau berteman pasti kenalan dulu trus main bareng kemana mana. Di jaman itu penggunaan internet belum seperti sekarang, hampir semua komunikasi dilakukan secara langsung tatap muka.

Nah, jaman sekarang sudah berbeda, orang kenalan di sosial media, nembak cewek di sosial media dan putus juga di sosial media.Koar-koar di sosial media bagaikan professor dengan bahasa ilmiah yang bikin kita error, namun gak berani ngomong ketika tatap muka. Kan aneh ?

SP gak baik untuk otak kita.

Penggunaan smartphone yang praktis dan instan sudah membuat kebiasaan malas di dalam diri kita.

Ketika ada hitung-hitungan sederhana, orang langsung buka aplikasi kalkulator di hape padahal itu bisa memperlambat daya pikir kita.

Oke, mungkin ada yang bilang bahwa semua itu tergantung kita menggunakan hape untuk keperluan apa. Gak ada juga yang berani nyangkal itu semua tergantung dengan pilihan masing masing.
Pandangan diatas sekedar mencari batas kepekaan kita masing masing masih ada kah kepekaan sosial bersemayam di di diri kita guys. Jika benar ambil sarinya jika tidak cuekin aja.